Sabtu, 07 Maret 2015

Ulasan Buku "Drama Itu Berkisah Terlalu Jauh" Karya Phutut EA





Berikut ini adalah penilaian subjektif saya terhadap buku "Drama Itu Berkisah Terlalu Jauh" Karya Phutut EA:

Entah penting atau tidak untuk disampaikan, tapi saya pertama kali mendengar nama Phutut EA lewat seorang teman yang sangat mengidolakan cerpen-cerpen Phutut EA. Karena itulah saya mencoba-coba untuk mencari dan membaca cerpen-cerpen Phutut EA. Buku Drama Itu Berkisah Terlalu Jauh sebenarnya bukan buku Phutut EA yang pertama kali saya baca. Sebelum membaca buku ini, saya pernah ke perpustakaan dan menemukan buku berjudul Kupu-kupu Bersayap Gelap yang diterbitkan Insist. Sayangnya saya gagal menyelesaikan buku itu. Hanya sekitar enam atau tujuh cerpen di dalam buku tersebut yang saya baca. Pada waktu itu saya belum bisa menikmati cerpen-cerpen Phutut EA sepenuhnya.

Beberapa waktu kemudian, saya membaca sejumlah buku Cerpen Pilihan Kompas. Dari beberapa buku itu, saya melihat cerpen-cerpen Phutut EA muncul beberapa kali. Karena itu keinginan untuk kembali membaca karya-karya Phutut EA muncul lagi, maka jadilah saya membeli buku Drama Itu Berkisah Terlalu Jauh.

Buku ini memuat lima belas cerpen Phutut EA. Empat belas di antaranya sudah pernah dipublikasikan di berbagai media, sedangkan satu cerpen berjudul 'Mas Marga' belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Setelah selesai membaca kelima belas cerpen ini, saya mendapatkan pengukuhan atas setidaknya dua hal. Satu, saya diyakinkan bahwa yang membuat teman saya itu benar-benar mengidolakan Phutut EA adalah gaya bahasanya. Cara bertutur Phutut EA memiliki kekhasan sendiri dan cenderung agak puitis. Dengan cara bertuturnya yang demikian, Phutut EA mampu menyajikan cerita yang enak dibaca. Apalagi sebagian besar ceritanya mengandalkan penggambaran suasana, tentu penggambaran suasana itu jadi lebih bernyawa dengan kata-kata yang cenderung puitis.

Hanya saja, yang kedua adalah pengukuhan atas hal yang membuat saya tidak bisa terlalu menikmati cerpen-cerpen Phutut EA. Hampir semua cerpen Phutut EA, kalau tidak bisa dibilang semuanya, memberikan cerita yang sedih. Mungkin ini cuma soal selera, tapi saya pribadi tidak kuat mental kalau harus dicekoki lima belas cerita sedih tanpa ada satu pun selingan. Lalu kalau diperhatikan, hampir semua cerpen Phutut EA menggunakan sudut pandang orang pertama. Di dalam buku ini pun, kalau saya tidak salah hitung, empat belas cerpen menggunakan sudut pandang orang pertama dan hanya satu yang tidak memakai sudut pandang tersebut. Sekali lagi ini mungkin cuma soal selera, tapi saya merasa jenuh juga dengan penyajian yang seperti itu. Terasa monoton. Mungkin karena alasan yang telah saya sebutkan tadi, saya jadi lebih bisa menikmati cerpen-cerpen Phutut EA yang ada dalam sebuah antologi 'keroyokan', seperti dalam Cerpen Pilihan Kompas. Saya mungkin tipe pembaca yang tidak mau dibuat sedih terus-terusan. :)

Meskipun begitu, buku Drama Itu Berkisah Terlalu Jauh tetap harus saya akui adalah sebuah buku yang memiliki nilai sastra yang relatif tinggi. Buku ini pun menunjukkan adanya usaha Phutut EA untuk kembali serius menulis cerpen setelah beberapa waktu rehat. Penggemar-penggemar Phutut EA, seperti teman saya, tentu akan sangat senang jika kembali menemukan tulisan-tulisan baru Phutut EA bersandar di rak toko buku.

Demikianlah ulasan saya mengenai buku ini. Sekali lagi saya tekankan bahwa ulasan ini hanya bersifat subjektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar