Sabtu, 31 Oktober 2015

Ulasan Novel "Hujan Bulan Juni" Karya Sapardi Djoko Damono

 

Berikut ini ulasan subjektif saya tentang novel ini:

Beberapa teman saya yang mengaku penggemar berat Sapardi mengungkapkan kekecewaan mereka setelah membaca buku ini. Mereka menyatakan bahwa bentuk puisi "Hujan Bulan Juni" jauh lebih bermakna dan mendalam ketimbang bentuk novelnya ini.
Namun, saya tidak terlalu sepakat dengan pendapat teman-teman saya itu. Saya pikir, mungkin mereka terjebak dalam ekspektasi berlebihan dari novel ini, sehingga ketika mereka tidak mendapatkan yang diharapkan, mereka pun kecewa. Sementara, saya yang membaca novel ini tanpa ekspektasi tertentu, merasa buku ini cukup berkesan.

Tema yang diangkat dalam novel ini lebih cenderung ke arah romance. Mungkin itu disebabkan bentuk puisinya juga lebih kental nuansa romansanya. Meskipun begitu, perlu digarisbawahi bahwa novel ini tidak menyajikan cerita romansa picisan anak SMA yang penuh adegan-adegan layaknya sinetron masa kini. Saya justru menangkap bahwa romansa yang ditampilkan justru menjadi pintu masuk untuk menyampaikan masalah-masalah yang lebih kompleks, tentang pertentangan budaya dan agama misalnya.

Cara bercerita Sapardi di novel ini juga tergolong ringan dan mengalir, namun sekali lagi, berkelas. Saya merasa bahwa puisi-puisi Sapardi Djoko Damono, sejauh yang saya tahu, jarang menggunakan kata-kata sulit atau arkais, tapi bisa memberikan kesan mendalam. Singkatnya, puisi-puisi Sapardi itu mewah dalam kesederhanaannya. Itu juga yang saya tangkap ketika membaca cara bercerita Sapardi dalam novel ini. Tidak neko-neko. Tidak aneh-aneh. Sederhana saja, tapi entah kenapa terasa asik, menyenangkan, dan berkesan. Tidak aneh yang saya maksud di sini, ketika dibandingkan dengan novelnya yang "Trilogi Soekram" misalnya.

 Untuk masalah data dan riset, terlihat jelas bahwa Sapardi tidak main-main untuk novel ini. Ia bisa menyampaikan gambaran beberapa budaya dengan cukup terinci. Poin plusnya lagi, detil-detil tersebut bisa dimasukkan ke dalam cerita tanpa mengganggu alur dan cara bertutur. Sepanjang pembacaan saya, tidak ada fakta-fakta yang seperti dipaksakan untuk masuk ke dalam buku ini. Detil-detil itu justru menjadi bahan yang bersatu membangun sebuah cerita yang menarik.

Jadi, saya pikir novel ini cukup berkesan dan menarik untuk dibaca. Tapi bagi yang pernah membaca bentuk puisinya, jangan membaca novel ini dengan ekspektasi yang terlalu tinggi sebab hal tersebut kemungkinan besar akan membuat anda kecewa. Perlu disadari bahwa memang puisi memberikan ruang yang lebih luas untuk penafsiran-penafsiran dan kesan individual, hal itu tentu akan berbeda ketika bentuknya diubah menjadi prosa. Ada ruang-ruang pemaknaan yang dipersempit, itu wajar dan sah-sah saja dan tidak menjadikan prosa tersebut kurang 'bernilai'.

Demikian ulasan subjektif saya mengenai novel ini. Mungkin banyak yang keliru, tapi mungkin juga ada beberapa yang benar.
Salam.
ART.
Jakarta, 31 Oktober 2015.